ARAH KIBLAT UNTUK DAERAH INDONESIA.
Oleh: Muqit Ismunoer
Ainul Qiblat
ﺳﻠﻢ ﺍﻟﻤﻨﺎﺟﺎﺓ )ﺹ 13 )
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺟﺰﻳﺮﺓ ﺍﻟﺒﻨﺘﻨﻲ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻥ ﻳﻨﺤﺮﻑ ﻣﻦ ﺣﻂ ﺍﻷﺳﺘﻮﺍﺀ ﺇﻟﻰ ﺟﻬﺔ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﺍﻟﻤﺴﻤﺎﺓ ﺑﺎﻟﺸﻤﺎﻟﻲ ﻷﻧﻬﺎ ﺷﻤﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻘﺒﻞ ﺍﻟﻤﺸﺮﻕ ﺑﻤﻘﺪﺍﺭ ﺳﺘﺔ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺩﺭﺟﺔ ﻟﻴﻜﻮﻥ ﻣﺴﺘﻘﺒﻼ ﻟﻜﻌﺒﺔ ﻷﻥ ﻋﺮﺽ ﺍﻟﺒﻨﺘﻨﻲ ﺟﻨﻮﺑﻲ ﺑﻤﻘﺪﺍﺭ ﺳﺖ ﺩﺭﺝ ﻭﻋﺮﺽ ﻣﻜﺔ ﺷﻤﺎﻟﻲ ﺑﻤﻘﺪﺍﺭ ﺇﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺩﺭﺟﺔ ﻭﻃﻮﻝ ﻣﻜﺔ ﻣﻦ ﺟﺰﺍﺋﺮ ﺍﻟﺨﺎﻟﺪﺍﺕ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻐﺮﺑﻲ ﺳﺒﻌﺔ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﺩﺭﺟﺔ ﻭﻃﻮﻝ ﺍﻟﺒﻨﺘﻨﻲ ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﺇﺣﺪﻯ ﻭﺃﺭﺑﻌﻮﻥ ﺩﺭﺟﺔ ﻓﺒﻴﻦ ﻃﻮﻟﻴﻬﻤﺎ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﻭﺳﺘﻮﻥ ﺩﺭﺟﺔ ﻓﻜﺎﻥ ﺍﻟﺒﻨﺘﻨﻲ ﻣﺴﺎﻣﺘﺎ ﻟﻠﺮﻛﻦ ﺍﻟﻴﻤﺎﻧﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺤﺠﺮ ﺍﻷﺳﻮﺩ ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺸﻤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺪﺑﻮﺭ ﺗﺴﻌﻴﻦ ﺩﺭﺟﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺪﺑﻮﺭ ﻭﺍﻟﺠﻨﻮﺏ ﻭﻛﺬﺍ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠﻨﻮﺏ ﻭﺍﻟﺼﺒﺎ ﻭﻛﺬﺍ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺼﺒﺎ ﻭﺍﻟﺸﻤﺎﻝ ﻓﻴﺸﺘﺮﻁ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺸﻤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺪﺑﻮﺭ ﻓﻜﺎﻥ ﺷﻄﺮﻩ ﺧﻤﺴﺔ ﻭﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﺩﺭﺟﺔ ﻓﻴﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﺪﺑﻮﺭ ﺇﻟﻰ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﺸﻤﺎﻝ ﺳﺘﺔ ﻭﻋﺸﺮﻭﻥ ﺩﺭﺟﺔ ﻓﺬﻟﻚ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﺟﺎﻭﻯ ﻭﻫﺬﻩ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﻄﻮﻝ ﻭﺍﻟﻌﺮﺽ ﻓﻲ ﺻﻮﺭﺓ ﺑﻴﺖ ﺍﻹﺑﺮﺓ ﻭﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﺳﻤﺎﺀ ﻣﻨﺎﺯﻝ ﺍﻟﻘﻤﺮ ﻭﺍﻟﺮﻳﺎﺡ ﻟﻤﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ
Dan ketahuilah bahwa bagi setiap penduduk yang ada di Jazirah (Pulau) Banten ketika sholat untuk berpaling (serong) dari Khottil Istiwa' (garis lintang/ bujur) ke arah kanannya yang dikenal dengan "utara" karena berada di arah kiri dari orang yang menghadap ke arah timur, serong ke utara kira2 26 darajat agar orang yang sedang sholat mengahadap ke ka'bah, karena lebar Pulau Banten di bagian selatan kira-kira 6 daraja dan lebar kota Makkah di sisi utara kira-kira 21 darajat pajang kota Makkah dari Jazirah Khalidat (disisi barat) ialah 77 darajat dan panjang Pulau Banten dari arah barat ialah 141 darajat, maka ukuran antara panjang keduanya (Makkah dan Banten) ialah 64 darajat, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa posisi Jazirah Banten menyamai "Ruknu al-Yamany" yang terdapat Hajar Aswad di atasnya.. Dan ketahuilah sesungguhn ya atantar utara dan angin barat selisih 90 darajat, begitu juga antara angin barat dan selatan, antara selatan dan angin timur, dan begitu juga antara angin timur dan utara, maka digaris antar utara dan angin timur, maka garis tersebut berada diposisi 45 darajat, maka selanjutny a diambil 26 darat dari arah angin timur ke arah utara.. Itulah adalah kiblat penduduk tanah Jawa.. Ini adalah contoh panjang dan lebarnya dalam bentuk Kompas, dan disana terdapat nama-nama tempat bulan dan angin untuk mengetahui qiblat. Ainul Qiblah dan Jihatul Qiblat
ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ (ﺝ /1ﺹ 78 ) ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
( ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﻙ ) ﺍﻟﺮﺍﺟﺢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﻋﻴﻦ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ ، ﻭﻟﻮ ﻟﻤﻦ ﻫﻮ ﺧﺎﺭﺝ ﻣﻜﺔ ﻓﻼ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻧﺤﺮﺍﻑ ﻳﺴﻴﺮ ﻣﻊ ﻃﻮﻝ ﺍﻟﺼﻒ ، ﺑﺤﻴﺚ ﻳﺮﻯ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﺴﺎﻣﺘﺎً ﻟﻬﺎ ﻇﻨﺎً ﻣﻊ ﺍﻟﺒﻌﺪ ، ﻭﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﻜﻔﻲ ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﺍﻟﺠﻬﺔ ، ﺃﻱ ﺇﺣﺪﻯ ﺍﻟﺠﻬﺎﺕ ﺍﻷﺭﺑﻊ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻟﻤﻦ ﺑﻌﺪ ﻋﻨﻬﺎ ... ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻱّ ، ﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻟﺠﺮﺟﺎﻧﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﻛﺞ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺼﺮﻭﻥ ، ﻭﺟﺰﻡ ﺑﻪ ﺍﻟﻤﺤﻠﻲ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻷﺫﺭﻋﻲ : ﻭﺫﻛﺮ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﺃﻧﻪ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﻷﻥ ﺟﺮﻣﻬﺎ ﺻﻐﻴﺮ ﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺟﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻴﻜﺘﻔﻰ ﺑﺎﻟﺠﻬﺔ ، ﻭﻟﻬﺬﺍ ﺻﺤﺖ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺼﻒ ﺍﻟﻄﻮﻳﻞ ﺇﺫﺍ ﺑﻌﺪﻭﺍ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ، ﻭﻣﻌﻠﻮﻡ ﺃﻥ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺧﺎﺭﺟﻮﻥ ﻣﻦ ﻣﺤﺎﺫﺍﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ، ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻳﻮﺍﻓﻖ ﺍﻟﻤﻨﻘﻮﻝ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺸﺮﻕ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﻭﺑﺎﻟﻌﻜﺲ ، ﻭﺍﻟﺠﻨﻮﺏ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺸﻤﺎﻝ ﻭﺑﺎﻟﻌﻜﺲ ، ﻭﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺃﻥ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ، ﻭﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﻣﻜﺔ ، ﻭﻣﻜﺔ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﺮﻡ ، ﻭﺍﻟﺤﺮﻡ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ، ﻫﺬﺍ ﻭﺍﻟﺘﺤﻘﻴﻖ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ، ﺇﺫ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻞ ﺍﻟﻮﺍﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺠﻬﺔ ﻭﺍﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﻌﻴﻦ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺻﻮﺭﺓ ﻳﺒﻌﺪ ﻭﻗﻮﻋﻬﺎ ، ﻭﻫﻲ ﺃﻧﻪ ﻟﻮ ﻇﻬﺮ ﺍﻟﺨﻄﺄ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻴﺎﻣﻦ ﻭﺍﻟﺘﻴﺎﺳﺮ ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻇﻬﻮﺭﻩ ﺑﺎﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻟﻢ ﻳﺆﺛﺮ ﻗﻄﻌﺎً ، ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻭ ﻓﻴﻬﺎ ، ﺑﻞ ﻳﻨﺤﺮﻑ ﻭﻳﺘﻤﻬﺎ ﺃﻭ ﺑﺎﻟﻴﻘﻴﻦ ، ﻓﻜﺬﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎً ﺇﻥ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺎﻟﺠﻬﺔ ﻻ ﺇﻥ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺎﻟﻌﻴﻦ ، ﺑﻞ ﺗﺠﺐ ﺍﻹﻋﺎﺩﺓ ﺃﻭ ﺍﻻﺳﺘﺌﻨﺎﻑ ، ﻭﺗﺒﻴﻦ ﺍﻟﺨﻄﺄ ﺇﻣﺎ ﺑﻤﺸﺎﻫﺪﺓ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻭﻻ ﺗﺘﺼﻮَّﺭ ﺇﻻ ﻣﻊ ﺍﻟﻘﺮﺏ ، ﺃﻭ ﺇﺧﺒﺎﺭ ﻋﺪﻝ ، ﻭﻛﺬﺍ ﺭﺅﻳﺔ ﺍﻟﻤﺤﺎﺭﻳﺐ ﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪﺓ ﺍﻟﺴﺎﻟﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﻌﻦ ﻗﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ ، ﻭﻳﺤﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺤﺎﺭﻳﺐ ﺍﻟﺘﻲ ﺛﺒﺖ ﺃﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻭﻣﺜﻠﻬﺎ ﻣﺤﺎﺫﻳﻬﺎ ﻻ ﻏﻴﺮﻫﻤﺎ.
(مسألة : ك) ﻣﺤﻞ ﺍﻻﻛﺘﻔﺎﺀ ﺑﺎﻟﺠﻬﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﻪ ﻋﻨﺪ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺄﺩﻟﺔ ﺍﻟﻌﻴﻦ ، ﺇﺫ ﺍﻟﻘﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺇﻥ ﻓﺮﺽ ﺣﺼﻮﻟﻪ ﺑﺎﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻻ ﻳﺠﺰﻳﻪ ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻗﻄﻌﺎً ، ﻭﻣﺎ ﺣﻤﻞ ﺍﻟﻘﺎﺋﻠﻴﻦ ﺑﺎﻟﺠﻬﺔ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺇﻻ ﻛﻮﻧﻬﻢ ﺭﺃﻭﺍ ﺃﻥ ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺑﺎﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻣﺘﻌﺬﺭ ، ﻓﺎﻟﺨﻼﻑ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻟﻔﻈﻲ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻤﻦ ﺗﺄﻣﻞ ﺩﻻﺋﻠﻬﻢ
Menurut pendapat pertama : “Harus menghadap kiblat secara tepat walaupun bagi orang yang berada di luar kota makkah, berarti harus miring sedikit bagi mereka yang sholat dengan shof panjang meskipun jauh dari makkah sekira memeiliki dugaan kuat dia telah mengarah tepat kearah ka’bah”
Menurut pendapat yang kedua “sudah dianggap cukup menghadap arah kiblat (meskipun tidak secara tepat) dalam arti bagi orang yang jauh dari ka’bah cukup mengahdap salah satu dari empat arah yang ka’bah berada disana, ini pendapat yang kuat yang di pilih oleh alGhozali di shahihkan oleh Imam alJurjani, Ibnu kaj dan Ab ‘ishruun, imam mahalli juga mantap memakai pendapat ini.
Imam Adzru’I berkata “sebagian sahabat berkata, pendapat ini baru tapi pendapat yang di pilih karena bentuk ka’bah itu kecil yang mustahil seluruh penduduk dunia bias menghadapn ya (secara tepat) maka cukuplah arahnya saja karenanya dihukumi sah orang- orang yang sholat dengan shof (barisan) yang panjang bila jauh dari ka’bah meskipun maklum bila sebagian dari mereka keluar dari kiblat (secara tepat) Pendapat ini sesuai dengan apa yang dinukil dari imam Abu hanifah “Arah timur adalah Qiblatnya penduduk barat dan sebaliknya , arah selatan adalah Qiblatnya penduduk utara dan sebaliknya ” dan pendapat Imam malik “Ka’bah kiblatnya orang masjid (alharam), masjid (alharam) kiblatnya penduduk makah, makkah kiblatnya penduduk tanah haram sedang tanah suci haram kiblatnya kiblatnya penduduk dunia”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar