PERTANYAAN:
assalamualaikum
tmn2 aq mw tax nich bgaimn hkumx memakai te2s mta dp
siank hri dibln puasa....
mhon jwbn.a.....
SAIL: Fatma Fariez Cllue
JAWABAN:
Wa Alaikum Salam. Wr. Wb.
Dalam literatur fiqih klasik belum didapati keterangan tegas yang menguraikan tentang hukum menggunakan obat tetes mata bagi orang yang sedang berpuasa, namun jika kita mengamati pembahasan ulama'- ulama' fiqih seputar hukum menggunakan tetes telinga dan celak dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah apakah mata termasuk lubang (manfadz) atau tidak, maka jika kita berpijak pada penjelasan mereka mengenai hukum penggunaan celak saat puasa jawabannya tentu jawabannya terdapat perbedaan pendapat ulama' antara ulama' antara yang menyatakan puasanya batal (menurut madzhab malilki) atau puasanya tidak batal (madzhab syafi'ie).
Para ulama' berbeda pendapat mengenai hukum penggunaan tetes mata saat puasa sebagai berikut :
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa obat tetes mata tidak menyebabkan puasa batal. Pendapat ini dikemukakan oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili, Muhammad Hasan Haitu, Bin Baz, Al utsaimin, Fadl Abbas, Ash Shodiq Ad Dhorir, Ajil An-Nasyamii, Ali As-Salus, Muhyiddin Mastu dan Basyir asy Syaqofah. Argumen-argumen yang mereka gunakan adalah :
a. Meskipun terdapat celah dalam mata, tetapi ukurannya sangat kecil. Yang hanya mampu menampung tak lebih dari satu tetesan saja. Sehingga, tetesan yang masuk kedalam mata tersebut dihukumi ma'fu (diampuni) dalam artian tidak membatalkan puasa karena kadar yang masuk kedalam sangatlah sedikit bahkan lebih sedikit dibanding air yang masuk (dengan tidak sengaja) ketika sedang berkumur.
b. Tetesan tersebut, begitu dimasukkan ke mata diserap maksimal oleh jaringan- jaringan ke otak. Artinya, satu atau dua tetes obat itu tak sampai masuk kedalam kerongkongan.
c. Obat tetes bukanlah termasuk perkara yang membatalkan puasa, seperti perkara lainnya yang dijelaskan oleh nash agama, begitu juga tidak bisa disamakan dengan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Mata juga bukan merupakan saluran makan atau minum.
2. Pendapat kedua memandang bahwa penggunaan obat tetes mata membatalkan puasa. Pendapat ini didukung oleh Syekh Muhammad Al- Mukhtar As-Salami dan Syekh Muhammad Al-Alifi. Dalil yang mereka pakai untuk menguatkan pendapat tersebut adalah :
a. Diqiyaskan (disamakan) dengan hukum pemakaian celak di mata ketika berpuasa, yaitu puasanya batal.
b. Penjelasan para pakar anatomi yang membuktikan adanya celah-celah yang berkaitan antara mata dan tenggorokan.
Diakhir pemaparannya, Syeh Ahmad bin Muhammad Al-Khalil menyimpulkan bahwa pendapat pertama lebih unggul berdasarkan argumen-argumen yang mereka kemukakan,sedangkan pendapat yang kedua kurang kuat karena seperti yang diketahui bahwa ulama' berbeda pendapat mengenai hukum penggunaan celak, begitu juga alasan yang kedua terbantahkan oleh argumen yang lebih jeli yang disampaikan pendapat pertama.
KESIMPULAN:
Dari urain diatas jelaslah bahwa terjadi perbedaan pendapat mengenai hokum penggunaan tetes mata saat sedang berpuasa dan pendapat yang lebih unggul dalam masalah ini adalah penggunaan tetes mata saat berpuasa tidak membatalkan puasa. Namun ada satu hal yang perlu disampaikan bahwa ulama’ syafi’iyah mengatakan bahwa menggunakan celak saat puasa meskipun tidak membatalkan puasa namun hukumnya khilaful aula karena menurut madzhab malik menggunakan celak saat puasa dapat membatalkan puasa. Intinya, menghindari hal-hal yang diperselisihkan hukumnya itu lebih baik.
Dalam literatur fiqih klasik belum didapati keterangan tegas yang menguraikan tentang hukum menggunakan obat tetes mata bagi orang yang sedang berpuasa, namun jika kita mengamati pembahasan ulama'- ulama' fiqih seputar hukum menggunakan tetes telinga dan celak dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah apakah mata termasuk lubang (manfadz) atau tidak, maka jika kita berpijak pada penjelasan mereka mengenai hukum penggunaan celak saat puasa jawabannya tentu jawabannya terdapat perbedaan pendapat ulama' antara ulama' antara yang menyatakan puasanya batal (menurut madzhab malilki) atau puasanya tidak batal (madzhab syafi'ie).
Para ulama' berbeda pendapat mengenai hukum penggunaan tetes mata saat puasa sebagai berikut :
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa obat tetes mata tidak menyebabkan puasa batal. Pendapat ini dikemukakan oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili, Muhammad Hasan Haitu, Bin Baz, Al utsaimin, Fadl Abbas, Ash Shodiq Ad Dhorir, Ajil An-Nasyamii, Ali As-Salus, Muhyiddin Mastu dan Basyir asy Syaqofah. Argumen-argumen yang mereka gunakan adalah :
a. Meskipun terdapat celah dalam mata, tetapi ukurannya sangat kecil. Yang hanya mampu menampung tak lebih dari satu tetesan saja. Sehingga, tetesan yang masuk kedalam mata tersebut dihukumi ma'fu (diampuni) dalam artian tidak membatalkan puasa karena kadar yang masuk kedalam sangatlah sedikit bahkan lebih sedikit dibanding air yang masuk (dengan tidak sengaja) ketika sedang berkumur.
b. Tetesan tersebut, begitu dimasukkan ke mata diserap maksimal oleh jaringan- jaringan ke otak. Artinya, satu atau dua tetes obat itu tak sampai masuk kedalam kerongkongan.
c. Obat tetes bukanlah termasuk perkara yang membatalkan puasa, seperti perkara lainnya yang dijelaskan oleh nash agama, begitu juga tidak bisa disamakan dengan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Mata juga bukan merupakan saluran makan atau minum.
2. Pendapat kedua memandang bahwa penggunaan obat tetes mata membatalkan puasa. Pendapat ini didukung oleh Syekh Muhammad Al- Mukhtar As-Salami dan Syekh Muhammad Al-Alifi. Dalil yang mereka pakai untuk menguatkan pendapat tersebut adalah :
a. Diqiyaskan (disamakan) dengan hukum pemakaian celak di mata ketika berpuasa, yaitu puasanya batal.
b. Penjelasan para pakar anatomi yang membuktikan adanya celah-celah yang berkaitan antara mata dan tenggorokan.
Diakhir pemaparannya, Syeh Ahmad bin Muhammad Al-Khalil menyimpulkan bahwa pendapat pertama lebih unggul berdasarkan argumen-argumen yang mereka kemukakan,sedangkan pendapat yang kedua kurang kuat karena seperti yang diketahui bahwa ulama' berbeda pendapat mengenai hukum penggunaan celak, begitu juga alasan yang kedua terbantahkan oleh argumen yang lebih jeli yang disampaikan pendapat pertama.
KESIMPULAN:
Dari urain diatas jelaslah bahwa terjadi perbedaan pendapat mengenai hokum penggunaan tetes mata saat sedang berpuasa dan pendapat yang lebih unggul dalam masalah ini adalah penggunaan tetes mata saat berpuasa tidak membatalkan puasa. Namun ada satu hal yang perlu disampaikan bahwa ulama’ syafi’iyah mengatakan bahwa menggunakan celak saat puasa meskipun tidak membatalkan puasa namun hukumnya khilaful aula karena menurut madzhab malik menggunakan celak saat puasa dapat membatalkan puasa. Intinya, menghindari hal-hal yang diperselisihkan hukumnya itu lebih baik.
REFRENSI:
حاشية
القليوبي وعميرة (ج 2 /ص 72)
ﻭﻻ ﻳﻀﺮﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﻃﻌﻤﻪ) ﺃﻱ ﺍﻟﻜﺤﻞ (ﺑﺤﻠﻘﻪ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻣﻨﻔﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻠﻖ ﻭﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺎﻡ)
.................................
( ﻗﻮﻟﻪ :ﻭﻻ ﻳﻀﺮ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ) ﺃﻱ ﻭﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﻳﻀﺎ ﻧﻬﺎﺭﺍ ﻓﻬﻮ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻭﻋﻨﺪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻔﻄﺮ
إعانة الطالبين (ج 2 /ص 281)
(ﻗﻮﻟﻪ: ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﺗﺮﻙ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ) ﺃﻱ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﻭﺍﻟﺘﺮﻓﻪ ﺍﻟﻠﺬﻳﻦ ﻻ ﻳﻨﺎﺳﺒﺎﻥ ﺍﻟﺼﻮﻡ، ﻭﻟﻠﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﺧﻼﻑ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﺈﻓﻄﺎﺭﻩ ﺑﻪ، ﻭﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻌﺒﻴﺮ ﺑﺎﻷﻭﻟﻮﻳﺔ ﺃﻥ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ: ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻓﻘﻂ
ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﺰﻳﻦ (ص 188)
ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺎﻟﻌﻴﻦ ﺍﻟﻄﻌﻢ ﻭﺍﻟﺮﻳﺢ ﻭﺑﺎﻟﺠﻮﻑ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻃﻌﻦ ﻓﺨﺬﻩ ﻣﺜﻼ ﻭﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﻣﻘﻌﺪﺓ ﺍﻟﻤﺒﺴﻮﺭ ﺣﺘﻰ ﻟﻮ ﺗﻮﻗﻒ ﺩﺧﻮﻟﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺄﺻﺒﻌﻪ ﻋﻔﻲ ﻋﻨﻪ ﻭﻳﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻘﻴﻴﺪ ﺑﺎﻟﻤﻨﻔﺬ ﺍﻟﻤﻔﺘﻮﺡ ﺃﻥ ﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﺑﺘﺸﺮﺏ ﺍﻟﻤﺴﺎﻡ ﻻ ﻳﻀﺮ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﺭﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻠﻖ ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﻀﺮ ﺍﻻﻏﺘﺴﺎﻝ ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﺃﺛﺮ ﺍﻟﺒﺮﻭﺩﺓ ﺃﻭ ﺍﻟﺤﺮﺍﺭﺓ ﺑﺒﺎﻃﻨﻪ
مفطرة الصوم المعصرة (ص 31-33)
ﻭﻟﻢ ﺃﺟﺪ ﻟﻠﻤﺘﻘﺪﻣﻴﻦ ﻛﻼﻣﺎً ﺣﻮﻝ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻧﺼﺎً، ﻟﻜﻦ ﻳﻈﻬﺮ ﺟﻠﻴﺎً ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﻛﻼﻣﻬﻢ ﺣﻮﻝ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻷﺫﻥ ﻭﺍﻟﻜﺤﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻀﺎﺑﻂ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻫﻮ ﻛﻮﻧﻬﺎ ﻣﻨﻔﺬﺍً ﺃﻭ ﻻ، ﻓﺈﺫﺍ ﺃﺭﺩﻧﺎ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺣﻜﻢ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﻘﺪﻣﻴﻦ ﻓﻬﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺤﻞ . ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﻭﻥ ﻓﻘﺪ ﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻲ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻛﻤﺎ ﻳﻠﻲ: ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻷﻭﻝ : ﺫﻫﺐ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﻔﻄﺮ، ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ ، ﻭﺷﻴﺨﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻌﺜﻴﻤﻴﻦ، ﻭﺩ. ﻓﻀﻞ ﻋﺒﺎﺱ، ﻭﺩ. ﻣﺤﻤﺪ ﺣﺴﻦ ﻫﻴﺘﻮ، ﻭ ﺩ. ﻭﻫﺒﻪ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻲ ﻭ ﺩ. ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺍﻟﻀﺮﻳﺮ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺠﻴﻞ ﺍﻟﻨﺸﻤﻲ، ﻭﻋﻠﻲ ﺍﻟﺴﺎﻟﻮﺱ، ﻭﻣﺤﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻣﺴﺘﻮ ، ﻭﻣﺤﻤﺪ ﺑﺸﻴﺮ ﺍﻟﺸﻘﻔﻪ ﺍﻷﺩﻟﺔ
1 ـ ﺃﻥ ﺟﻮﻑ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﺘﺴﻊ ﻷﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻗﻄﺮﺓ ﻭﺍﺣﺪﺓ، ﻭﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺣﺠﻤﻬﺎ ﻗﻠﻴﻞ ﺟﺪﺍً، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﻠﻌﻘﺔ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ ﺗﺘﺴﻊ ﺇﻟﻰ 5ﺳﻢ3 ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻮﺍﺋﻞ، ﻭﻛﻞ ﺳﻢ3 ﻳﻤﺜﻞ ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮﺓ ﻗﻄﺮﺓ، ﻓﺎﻟﻘﻄﺮﺓ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺗﻤﺜﻞ ﺟﺰﺀﺍً ﻣﻦ ﺧﻤﺴﺔ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﺟﺰﺀﺍً ﻣﻤﺎ ﻳﻮﺟﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻠﻌﻘﺔ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ ,ﻭﺑﻌﺒﺎﺭﺓ ﺃﺧﺮﻯ ﺣﺠﻢ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ )0.06( ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻢ 3 ﻭﺇﺫﺍ ﺛﺒﺖ ﺃﻥ ﺣﺠﻢ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﻗﻠﻴﻞ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ، ﻓﻬﻮ ﺃﻗﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺍﻟﻤﻌﻔﻮ ﻋﻨﻪ ﻣﻤﺎ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻀﻤﻀﺔ
2 ـ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﻣﺮﻭﺭﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻨﺎﺓ ﺍﻟﺪﻣﻌﻴﺔ ﺗُﻤْﺘَﺺُّ ﺟﻤﻴﻌﻬﺎ ﻭﻻ ﺗﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﻠﻌﻮﻡ، ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻄﻌﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻢ ﻓﻠﻴﺲ ﻷﻧﻬﺎ ﺗﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﻠﻌﻮﻡ، ﺑﻞ ﻷﻥ ﺁﻟﺔ ﺍﻟﺘﺬﻭﻕ ﺍﻟﻮﺣﻴﺪﺓ ﻫﻲ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ، ﻓﻌﻨﺪﻣﺎ ﺗﻤﺘﺺ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺗﺬﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﻣﻨﺎﻃﻖ ﺍﻟﺘﺬﻭﻕ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ، ﻓﺘﺼﺒﺢ ﻃﻌﻤﺎً ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﺮﻳﺾ , ﻫﻜﺬﺍ ﻗﺮﺭ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﻃﺒﺎﺀ، ﻭﺇﺫﺍ ﺛﺒﺖ ﻫﺬﺍ ﻓﻬﻮ ﺣﺎﺳﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ.
3 ـ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﻔﻄﺮ ﻷﻧﻬﺎ ﻟﻴﺴﺖ ﻣﻨﺼﻮﺻﺎً ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﻭﻻ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺹ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﺍﻟﻌﻴﻦ ﻟﻴﺴﺖ ﻣﻨﻔﺬﺍً ﻟﻸﻛﻞ ﻭﺍﻟﺸﺮﺏ ﻭﻟﻮ ﻟﻄﺦ ﺍﻷﻧﺴﺎﻥ ﻗﺪﻣﻴﻪ ﻭﻭﺟﺪ ﻃﻌﻤﻪ ﻓﻲ ﺣﻠﻘﻪ ﻟﻢ ﻳﻔﻄﺮﻩ؛ ﻷﻥ ﺫﻟﻚ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻔﺬﺍً ﻓﻜﺬﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﻗﻄﺮ ﻓﻲ ﻋﻴﻨﻪ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ﺃﻥ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺗﻔﻄﺮ: ﻗﺎﻝ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﻳﻦ )ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﺍﻟﺴﻼﻣﻲ، ﺩ. ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻷﻟﻔﻲ ﺍﻷﺩﻟﺔ
1ـ ﻗﻴﺎﺳﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺤﻞ ﺇﺫﺍ ﻭﺻﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻠﻖ. ﺍﻟﻤﻨﺎﻗﺸﺔ: ﻳﺠﺎﺏ ﻋﻨﻪ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻜﺤﻞ ﻣﺤﻞ ﺧﻼﻑ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ، ﻭﺍﻷﻗﺮﺏ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻔﻄﺮ ﺑﻪ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ، ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﺍﻟﻘﻴﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ.
2 ـ ﺃﻥ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﺢ ﻳﺜﺒﺘﻮﻥ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻣﺸﺘﻤﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﻗﻨﺎﺓ ﺗﺼﻠﻬﺎ ﺑﺎﻷﻧﻒ، ﺛﻢ ﺍﻟﺒﻠﻌﻮﻡ ﺍﻟﻤﻨﺎﻗﺸﺔ: ﻳﺠﺎﺏ ﻋﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺑﻤﺎ ﺫُﻛِﺮَ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻷﻭﻝ ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺍﻷﻭﻝ ﺍﻟﺮﺍﺟﺢ : ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻈﻬﺮ ـ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ ـ ﺃﻥ ﺃﺭﺟﺢ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻷﻭﻝ، ﻭﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﻣﺎ ﻳﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺟﻌﻞ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻣﻔﺴﺪﺓ ﻟﻠﺼﻴﺎﻡ
ﻭﻻ ﻳﻀﺮﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﻃﻌﻤﻪ) ﺃﻱ ﺍﻟﻜﺤﻞ (ﺑﺤﻠﻘﻪ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻣﻨﻔﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻠﻖ ﻭﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺎﻡ)
.................................
( ﻗﻮﻟﻪ :ﻭﻻ ﻳﻀﺮ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ) ﺃﻱ ﻭﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﻳﻀﺎ ﻧﻬﺎﺭﺍ ﻓﻬﻮ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻭﻋﻨﺪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻔﻄﺮ
إعانة الطالبين (ج 2 /ص 281)
(ﻗﻮﻟﻪ: ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﺗﺮﻙ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ) ﺃﻱ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﻭﺍﻟﺘﺮﻓﻪ ﺍﻟﻠﺬﻳﻦ ﻻ ﻳﻨﺎﺳﺒﺎﻥ ﺍﻟﺼﻮﻡ، ﻭﻟﻠﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﺧﻼﻑ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﺈﻓﻄﺎﺭﻩ ﺑﻪ، ﻭﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻌﺒﻴﺮ ﺑﺎﻷﻭﻟﻮﻳﺔ ﺃﻥ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ: ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻓﻘﻂ
ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﺰﻳﻦ (ص 188)
ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺎﻟﻌﻴﻦ ﺍﻟﻄﻌﻢ ﻭﺍﻟﺮﻳﺢ ﻭﺑﺎﻟﺠﻮﻑ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻃﻌﻦ ﻓﺨﺬﻩ ﻣﺜﻼ ﻭﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﻣﻘﻌﺪﺓ ﺍﻟﻤﺒﺴﻮﺭ ﺣﺘﻰ ﻟﻮ ﺗﻮﻗﻒ ﺩﺧﻮﻟﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺄﺻﺒﻌﻪ ﻋﻔﻲ ﻋﻨﻪ ﻭﻳﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻘﻴﻴﺪ ﺑﺎﻟﻤﻨﻔﺬ ﺍﻟﻤﻔﺘﻮﺡ ﺃﻥ ﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﺑﺘﺸﺮﺏ ﺍﻟﻤﺴﺎﻡ ﻻ ﻳﻀﺮ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﺍﻻﻛﺘﺤﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﺭﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻠﻖ ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﻀﺮ ﺍﻻﻏﺘﺴﺎﻝ ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﺃﺛﺮ ﺍﻟﺒﺮﻭﺩﺓ ﺃﻭ ﺍﻟﺤﺮﺍﺭﺓ ﺑﺒﺎﻃﻨﻪ
مفطرة الصوم المعصرة (ص 31-33)
ﻭﻟﻢ ﺃﺟﺪ ﻟﻠﻤﺘﻘﺪﻣﻴﻦ ﻛﻼﻣﺎً ﺣﻮﻝ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻧﺼﺎً، ﻟﻜﻦ ﻳﻈﻬﺮ ﺟﻠﻴﺎً ﻣﻦ ﺧﻼﻝ ﻛﻼﻣﻬﻢ ﺣﻮﻝ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻷﺫﻥ ﻭﺍﻟﻜﺤﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻀﺎﺑﻂ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻫﻮ ﻛﻮﻧﻬﺎ ﻣﻨﻔﺬﺍً ﺃﻭ ﻻ، ﻓﺈﺫﺍ ﺃﺭﺩﻧﺎ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺣﻜﻢ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﻘﺪﻣﻴﻦ ﻓﻬﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺤﻞ . ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﻭﻥ ﻓﻘﺪ ﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻲ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻛﻤﺎ ﻳﻠﻲ: ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻷﻭﻝ : ﺫﻫﺐ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﻔﻄﺮ، ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ ، ﻭﺷﻴﺨﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻌﺜﻴﻤﻴﻦ، ﻭﺩ. ﻓﻀﻞ ﻋﺒﺎﺱ، ﻭﺩ. ﻣﺤﻤﺪ ﺣﺴﻦ ﻫﻴﺘﻮ، ﻭ ﺩ. ﻭﻫﺒﻪ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻲ ﻭ ﺩ. ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺍﻟﻀﺮﻳﺮ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺠﻴﻞ ﺍﻟﻨﺸﻤﻲ، ﻭﻋﻠﻲ ﺍﻟﺴﺎﻟﻮﺱ، ﻭﻣﺤﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻣﺴﺘﻮ ، ﻭﻣﺤﻤﺪ ﺑﺸﻴﺮ ﺍﻟﺸﻘﻔﻪ ﺍﻷﺩﻟﺔ
1 ـ ﺃﻥ ﺟﻮﻑ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﺘﺴﻊ ﻷﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻗﻄﺮﺓ ﻭﺍﺣﺪﺓ، ﻭﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺣﺠﻤﻬﺎ ﻗﻠﻴﻞ ﺟﺪﺍً، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﻠﻌﻘﺔ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ ﺗﺘﺴﻊ ﺇﻟﻰ 5ﺳﻢ3 ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻮﺍﺋﻞ، ﻭﻛﻞ ﺳﻢ3 ﻳﻤﺜﻞ ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮﺓ ﻗﻄﺮﺓ، ﻓﺎﻟﻘﻄﺮﺓ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﺗﻤﺜﻞ ﺟﺰﺀﺍً ﻣﻦ ﺧﻤﺴﺔ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﺟﺰﺀﺍً ﻣﻤﺎ ﻳﻮﺟﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻠﻌﻘﺔ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ ,ﻭﺑﻌﺒﺎﺭﺓ ﺃﺧﺮﻯ ﺣﺠﻢ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ )0.06( ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻢ 3 ﻭﺇﺫﺍ ﺛﺒﺖ ﺃﻥ ﺣﺠﻢ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﻗﻠﻴﻞ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ، ﻓﻬﻮ ﺃﻗﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺍﻟﻤﻌﻔﻮ ﻋﻨﻪ ﻣﻤﺎ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻀﻤﻀﺔ
2 ـ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﻣﺮﻭﺭﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻨﺎﺓ ﺍﻟﺪﻣﻌﻴﺔ ﺗُﻤْﺘَﺺُّ ﺟﻤﻴﻌﻬﺎ ﻭﻻ ﺗﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﻠﻌﻮﻡ، ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻄﻌﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻢ ﻓﻠﻴﺲ ﻷﻧﻬﺎ ﺗﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﻠﻌﻮﻡ، ﺑﻞ ﻷﻥ ﺁﻟﺔ ﺍﻟﺘﺬﻭﻕ ﺍﻟﻮﺣﻴﺪﺓ ﻫﻲ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ، ﻓﻌﻨﺪﻣﺎ ﺗﻤﺘﺺ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﺗﺬﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﻣﻨﺎﻃﻖ ﺍﻟﺘﺬﻭﻕ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ، ﻓﺘﺼﺒﺢ ﻃﻌﻤﺎً ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﺮﻳﺾ , ﻫﻜﺬﺍ ﻗﺮﺭ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﻃﺒﺎﺀ، ﻭﺇﺫﺍ ﺛﺒﺖ ﻫﺬﺍ ﻓﻬﻮ ﺣﺎﺳﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ.
3 ـ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﻄﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﻔﻄﺮ ﻷﻧﻬﺎ ﻟﻴﺴﺖ ﻣﻨﺼﻮﺻﺎً ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﻭﻻ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺹ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﺍﻟﻌﻴﻦ ﻟﻴﺴﺖ ﻣﻨﻔﺬﺍً ﻟﻸﻛﻞ ﻭﺍﻟﺸﺮﺏ ﻭﻟﻮ ﻟﻄﺦ ﺍﻷﻧﺴﺎﻥ ﻗﺪﻣﻴﻪ ﻭﻭﺟﺪ ﻃﻌﻤﻪ ﻓﻲ ﺣﻠﻘﻪ ﻟﻢ ﻳﻔﻄﺮﻩ؛ ﻷﻥ ﺫﻟﻚ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻔﺬﺍً ﻓﻜﺬﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﻗﻄﺮ ﻓﻲ ﻋﻴﻨﻪ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ﺃﻥ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺗﻔﻄﺮ: ﻗﺎﻝ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﻳﻦ )ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﺍﻟﺴﻼﻣﻲ، ﺩ. ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻷﻟﻔﻲ ﺍﻷﺩﻟﺔ
1ـ ﻗﻴﺎﺳﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺤﻞ ﺇﺫﺍ ﻭﺻﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻠﻖ. ﺍﻟﻤﻨﺎﻗﺸﺔ: ﻳﺠﺎﺏ ﻋﻨﻪ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻜﺤﻞ ﻣﺤﻞ ﺧﻼﻑ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ، ﻭﺍﻷﻗﺮﺏ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻔﻄﺮ ﺑﻪ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ، ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﺍﻟﻘﻴﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ.
2 ـ ﺃﻥ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﺢ ﻳﺜﺒﺘﻮﻥ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻣﺸﺘﻤﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﻗﻨﺎﺓ ﺗﺼﻠﻬﺎ ﺑﺎﻷﻧﻒ، ﺛﻢ ﺍﻟﺒﻠﻌﻮﻡ ﺍﻟﻤﻨﺎﻗﺸﺔ: ﻳﺠﺎﺏ ﻋﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺑﻤﺎ ﺫُﻛِﺮَ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻷﻭﻝ ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺍﻷﻭﻝ ﺍﻟﺮﺍﺟﺢ : ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻈﻬﺮ ـ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ ـ ﺃﻥ ﺃﺭﺟﺢ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻷﻭﻝ، ﻭﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﻣﺎ ﻳﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺟﻌﻞ ﻗﻄﺮﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻣﻔﺴﺪﺓ ﻟﻠﺼﻴﺎﻡ
LINK DISKUSI
Tidak ada komentar :
Posting Komentar